Senin, 28 Maret 2011

senin-21maret2011-10:16 am

Hari ini aku membaca kumpulan ebook yang masih tersimpan rapi di salah satu folder yang kunamai dengan library. Di folder tersebut ada sebuah buku berbentuk ebook yang bertajuk catatan hitam lima presiden indonesia yang ditulis oleh wartawan senior ishak rafick dengan pengantar dari rizal ramli.
Ada sebuah pernyataan menarik dari salah satu bab sekilas tentang penulis. Ishak rafick memiliki sebuah argument yang memikat hatiku, dia mengatakan bahwa nilai seseorang tidak ditentukan dari nilai akademis yang disandangya, juga tidak oleh profesinya. Tapi justru oleh, caranya menjalankan profesi itu dan karya atau out put yang dihasilkannya.
Namun kali ini aku tak akan membahas mengenai ishak rafick akan tetapi aku akan membahas karyanya, apa yang ditulisnya mengenai pemerintahan kita. buku setebal 485 ini memang menguras habis otak namun kata-kata yang ditulis ishak rafick membuat sedikit nyaman, bahasanya tidak terlalu tinggi namun istilah-istilah ekonomi sedikit membuatku bingung karena aku hanyalah academia dari jurusan teknik sipil.
Aku pun hanya menyelesaikan sampai bab pertama, Dalam bab pertama yang bertitle merintis jalan baru pembangunan Indonesia dengan sub bab seperti yang tersemat dipundak sby-jk pada hal 27. Diantara korupsi, kebodohan, dan ketakutan pada hal 35. Pilihan-pilihan yang tersedia pada hal 42. Dan sebuah jalan baru yang terbuka pada hal 60. Membuatku membuka pikiran mengenai permainan angka dollar yang tinggi dan berharga dengan segala permainan kata utang antara pemerintah dan rakyat.
Pada sub bab yang tersemat dipundak sby-jk pada hal 27. Ishak rafick mengemukakan pandangannya tentang era pemerintahan SBY-JK yang sedikit pro terhadap IMF (international moneter fund), world bank (bank dunia), dan WTO (world trade organization), yang justru sangat berbahaya. Mengapa berbahaya?. Ishak rafick berpandagan bahwa trinitas imf, world bank, dan wto serta penganut neo liberalism ekonomi tentu punya slusi yang genial : jual saja produk-produk itu kepada asing, agar cadangan devisa kita makin tambun. Maksudnya disini adalah ishak rafick melihat bahwa ketergantunga Indonesia kepada pihak asing, justru tidak bisa memakmukan rakyatnya. Contoh dalam hal pertanian. Perlu diketahui Indonesia adalah sebuah Negara dengan pertanian terbesar akan tetapi mengapa kita masih mengimpor beras dari luar, bukanlah sebuah solusi yang bagus. Apalagi dilakukan saat panen raya, walaupun tujuannya untuk menekan harga beras untuk seluruh rakyat. Ishak rafick berpandangan bahwa masih ada cara yang lazim yakni bila ingin menekan harga beras, pemerintah melalui departemen pertanian cukup membeli beras dari petani dengan harga pasar. Lalu juallah dengan harga yang ditetapkan. Dengan demikian subsidi bisa dinikmati oleh rakyat sendiri, bukan petani dari Thailand maupun Vietnam. Masih ada cara lain, yakni dengan melakukan pembinaan kepada petani tentang cara-cara baru dalam mengolah tanah untuk meningkatkan produksi. Bila fadel Muhammad berhasil meningkatkan produksi pertanian gorontalo dengan berbagai terobosan dan penemuan-penemuan baru dalam bidang pertanian, mengapa tidak bisa diterapkan di daerah lain.
Sama seperti pandangan ishak rafick. Terpilihnya SBY-JK yang menyajikan sebuah perubahan masih tak terlihat. Itu terlihat dari keegoisan SBY dalam hal pendapatan Negara. Mengapa saya mengatakan egois? Karena presiden SBY hanya menunjukkan fakta yakni peningkatan pendapatan Negara dan tidak membahas sama sekali utang Negara ini kepada pihak luar. Disini jelas rakyat senang mendengar Indonesia sudah sedikit sembuh perekonomiannya, padahal utang Negara masih bertriliun-triliun. Siapa lagi yang perduli dengan rakyat Indonesia, jika bukan pemuda seperti saya?. Untuk pemerintah saya, dari pemuda negeri ini.

1 komentar: