Senin, 01 November 2010

KAUSA FINALIS

Saat sebab mendorong untuk berbuat
Dimana ekonomi tak dapat diperbaiki
Hak asasi menjadi kalimat yang mendeformasi
Pendidikan tak berjalan memuaskan
politikal membutuhkan suara pembaharuan
pemerintahan tak dapat diandalkan
olahraga tak punyai semangat kebanggaan
keamanan ajukan senjata dengan letupan
Hanya budaya seperti seni dan sastra akan menjawabnya

Saat sebab mendorong untuk berbuat
Ribuan kalimat puisi tangiskan sesal negeri
Ratusan halaman non fiksi ceritakan berbagai intuisi
Akhiran rima pedas tujukan ibu pertiwi
Sajak pun tak lupa ciptakan kalimat berapi-api
Syair dan nada pun tertuang lewat merdu para penyanyi
WS Rendra suarakan syair lantang dan berani
Macam Iwan Fals dengan lagu oemar bakri
Revolusioner nada intelektual tinggi
ala Morgue Vanguard dan Thufail Al Ghifari
Panutan seperti Hadad Alwi eksistensikan diri
hasilkan lagu anak-anak dan islami
Bob Sadino ajari berwirausahawan anak negeri
guna perbaiki ekonomi
Para defender memainkan bola di kotak pinalti
Gol pun tercipta Indonesia tumbang lagi
Macan asia hanya julukan di era Ronni Patinasarani
Bung Karno katakan jangan sekali-kali melupakan sejarah di zaman koloni
Nabi Muhammad Saw nasehati untuk lakukan sholat dan mengaji
Agar rasakan surgawi yang abadi


Saat sebab mendorong untuk berbuat
Anak-anak kolong jembatan tak rasakan pendidikan sejak dini
Lari dan terus berlari hindari satpol pp dengan pentungan diameter 10 centi
Lantas siapakah yang patut dipersalahkan. Situasi?
Atau Tuhan karena beri takdir fakir dan miskin. Kondisi?
Argument yang sudah terlalu basi !
Dimana pemerintahan nikmati liburan keluar negeri
Statement pembelaan diri macam studi etika di yunani
Bangunlah gedung baru kalian dengan konstruksi pondasi batu kali
Satu Blackberry tukarkan ratusan bungkus nasi
Lihat puluhan rumah hancur tertelan tsunami
Untuk sumatera dan papua tetap cintailah negeri
Walaupun azas demokrasi menganak tiri
Sabarlah menanti rekonstruksi
Karena akan terealisasi seusai Indonesia menjadi host piala dunia nanti
Keperkasaan TVRI hanya ilusi tergerus zaman globalisasi
Termutilasi program televisi swasta seperti infotainment dan reality
Kecelakaan kereta api terjadi salahkan masinis tua renta dengan jeruji besi
Nenek tua anggap pencuri termeja hijaukan oleh konstitusi
Hanya dengan alasan negara hukum mereka lakukan impolisi
18 tahun takaran hukuman pencuri kelas teri
3 tahun takaran hukuman kasus macam korupsi
Oh…indahnya duniawi.
Pemuda pemudi asyik nikmati striptis sandingkan red label dan whisky
Arahkan mobil tuju motel sisipkan kontrasepsi rasa fruity lekas pasang aksi
Tidak
Anti…anti zinahi wanita dengan imoralitas setingkat mata kaki

Lebih baik teguk anggur merah dengan cukai tinggi
Tak sadarkan diri dan berkelahi sampai mati
Letusan merapi tanda warning untuk tanah ini
Bencana alam menjadi bukti atas sanksi
Sanksi Tuhan terhadap nikmat era millennium tak terhindarkan lagi

Bangkitlah bangsaku…agamaku…karena kita mampu.

Untuk warna merah mengalir dalam darah
Dan putih menghiasi tengkorak ini
Inilah rima anak bangsa untuk tanah kelahirannya
Dimana perubahan zaman telah mengradasi etika
Seni dan sastra tak akan menyerah lewat hasil karya
Hingga akhir kalimat menemukan sebuah titik bukan sebuah koma
Titik itu bernama seni, sastra…dan agama !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar